Selasa, 21 Juni 2016

Lucky Strike Mild, Mild "Powerful" Pertama dari Bentoel Group


Senin, 09 Mei 2016


Kali ini saya ingin mereview rokok yang hari ini baru saja masuk pasaran Indonesia dengan embel-embel powerful dan kemasan yang sangat unik, yaitu Lucky Strike Mild. Saya jujur sangat susah mendapat barang ini untuk saat ini mengingat baru hari ini baru diluncurkan oleh Bentoel. Sayapun mendapat barang ini pada akhirnya di sebuah warung di kawasan Depok, dan saya sebenarnya cukup terkejut mengingat biasanya di warung tersebut rokok barang baru akan masuk beberapa hari bahkan minggu setelah peluncurannya.

Saya sedikit akan mengeshare iklan Lucky Strike Mild yang diputar sejak peluncurannya pada kemarin hari (terhitung dari update postingan ini). Saya baru mendapat iklannya dari akun Youtube Jeffry Mitchel pada malam ini. Silahkan ditonton.

Ada beberapa alasan mengapa Lucky Strike meluncurkan rokok kreteknya pada tahun ini diantaranya sebagai berikut

Kesuksesan Dunhill versi kretek membuat Bentoel seakan ingin menambah portofolio brand globalnya berbasis kretek. Lucky Strike yang dikenal sebagai rokok SPM American Blend memiliki keunikan dengan proses pemanggangan tembakau Burley yang menjadi ciri khas rokok ini. Lucky Strike seakan ingin membawa proses tersebut ke dalam rokok kretek dalam hal ini kemungkinan besar menggunakan Tembakau Garangan sebagai analog dari Tembakau Burley karena memiliki proses yang sama yaitu dipanggang.
Adanya keinginan Bentoel Group dalam menambah penjualannya terutama dalam segmen SKM LTLN. Lucky Strike Mild menawarkan rasa yang berbeda dengan Dunhill Mild, yaitu rasa yang lebih kuat dan proses yang berbeda dengan biasanya. Dengan hal ini, variasi rokok SKM LTLN bisa bervariasi dibandingkan sebelumnya.
Produk ini bisa dibilang sebagai kompetitor rokok kelas menengah, dalam hal ini untuk menandingi Surya Pro Mild dan U Mild karena secara harga dan isi tidak jauh berbeda. Mereka berdua menawarkan blend yang berbeda dibanding mild menengah keatas, yaitu dengan rasa tembakau yang lebih hard dan kadar tar yang lebih dibanding mild menengah keatas yang umumnya memiliki kadar tar dibawah 14mg.
Baiklah saya akan review rokok ini secara harga terlebih dahulu. Untuk harga rokok ini ialah Rp. 13.000 (ada beberapa warung yang menjual dengan harga 15.000, cukai 16.000) dengan kuantitas isi 16 batang. Agak berbeda dengan Dunhill Mild yang menawarkan isi 20 batang pada awal penjualan. Sepertinya Bentoel mulai sadar dengan preferensi perokok SKM LTLN yang umumnya merokok dengan isi 16 batang. Untuk harga saya beri nilai 9.2 dari 10.

Esse Change edisi 2016, Rokok Kretek Superslims dengan Capsule Pertama di Indonesia


Selamat malam,

Kali ini saya mencoba membuat review singkat mengenai rokok yang sepertinya mendapat treatment promosi dalam segi kemasan. Dimana saya lihat fungsi utama adanya promosi ialah untuk mengedukasi perokok agar bisa mencoba produk rokok kretek superslims dengan capsule pertama di Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa Esse meluncurkan produk superslimsnya sekitar bulan Desember 2014 dan merelaunch kemasannya dengan segi edukasi pada Februari 2016. Diantaranya:

  1.  Tren rokok kretek superslims memiliki kecenderungan untuk naik belakangan ini. Avolution selaku pelopor rokok kretek superslims mencoba mendobrak pasar dengan mengeluarkan rokok mild dengan bentuk superslims. Tren ini semakin meningkat mengingat cukup banyak perokok yang menginginkan bentuk unik dari sebuah rokok mild. Anggapan ini umumnya terjadi karena superslims cenderung lebih stylish, lebih mudah untuk masuk saku, dan untuk wanita memiliki kesan lebih feminim dibanding rokok mild biasa. Esse pertama kali mencoba melaunch rokok kretek pertamanya yaitu Esse Mild sekitar bulan November 2013. Dengan promosi yang baik dan adanya isi 20 batang serta teknologi charcoal filter (untuk kemasan merah) atau dual filter dengan rasa bubble mint (untuk kemasan hijau) menjadikan Esse mampu mendobrak pasar rokok kretek dengan inovasi yang sudah saya sebutkan.
  2. Tren rokok capsule di Dunia dan Indonesia saat ini sedang dalam masanya. Bisa kita ketahui di hampir negara di seluruh Dunia memiliki tipe rokok dengan capsule pada filternya. Inovasi ini pertama kali diterapkan secara massal pada rokok Kool Boost sekitar tahun 2007. Tren ini semakin mewabah dengan kehadiran Marlboro Ice Blast yang membuat banyak orang Indonesia penasaran, karena Ice Blast pertama kali hadir di Singapura membuat banyak orang Indonesia minta titip rokok tersebut ketika temannya sedang berkunjung di Singapura. Tren ini semakin menjadi di Indonesia ketika Sampoerna mencoba meluncurkan A Flava Click Mint pada April 2010. Walau dengan ukuran king size, rokok ini memiliki kadar tar dan nikotin yang sama dengan Core Brand A Mild yaitu 14 mg tar dan 1mg nikotin. Dunhill mencoba meluncurkan rokok switchnya yaitu Dunhill Switch pada tahun 2011. Dan Marlboro kemudian meluncurkan produk Ice Blast di Indonesia pada kuarter ke-3 tahun 2012. Sebenarnya saya bisa aja panjang lebar menceritakan sejarah rokok capsule di Indonesia, namun kasihan untuk pembaca.
  3. KT&G mencoba membuat gebrakan rokok dengan ukuran capsule terkecil pada filternya untuk diaplikasikan pada rokok ini. Saya bisa lihat KT&G sangat banyak mengeluarkan inovasi, terutama belakangan mereka cenderung bermain pada segmen rokok bercapsule. Beberapa inovasinya ialah This Rula Capsule, Bohem Cigar Monster, dan lain-lain. Karena penjualan Esse Mild di Indonesia dinilai cukup baik, maka dicobalah produk Esse dengan capsule ini.

Camel Activate Purple Mint, rokok capsule dengan rasa anggur pertama di Indonesia.


Sabtu, 15 Agustus 2015


Kali ini saya akan mereview mengenai rokok yang baru masuk di pasaran Indonesia yaitu Camel Activate Purple Mint. Rokok ini merupakan rokok pertama yang mengandung kapsul "tangy" di Indonesia. Trend ini sebenarnya sudah mewabah di negara Asia dengan hadirnya produk unggulan JTI berbau purple mint (semisal Winston Purple Mint dan Mevius Option). Sebelumnya saya akan jelaskan dulu apa itu purple mint.

Purple mint merupakan rokok menthol dengan adanya kapsul "boost" rasa anggur (dalam hal ini menambahkan rasa "tangy" pada rokok). Purple capsule yang ada pada rokok ini memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan Marlboro Ice Blast. Kalau pada Marlboro Ice Blast, rasa rokok setelah diklik tidak begitu berubah drastis, hanya ada sensasi sedikit rasa mint namun dengan menthol yang lebih kuat. Sedangkan pada rokok ini pada awalnya hanya rasa menthol biasa, namun setelah diklik rasa akan berubah.

Rabu, 08 Juni 2016

Penanganan Bumbu dan Rempah


Oleh:  Elvira Syamsir (tulisan dalam Kulinologi Indonesia edisi 7/2011)

Bumbu dan rempah mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan. Lezat tidaknya suatu makanan, sangat tergantung pada bumbu dan rempah yang ditambahkan ke dalamnya.  Tidak ada yang bisa memungkiri hal ini.  Eksplorasi terhadap rempah sebagai bumbu terus berkembang sejalan dengan berkembangnya hubungan antar negara (etnik) dan munculnya kerinduan terhadap makanan etnik.  Lalu, bagaimana cara mengelola bumbu dan rempah agar dapat memberikan hasil optimal di dalam makanan?

Istilah Bumbu dan Rempah

Istilah bumbu sering dipertukarkan dengan istilah rempah dan dianggap memiliki arti yang sama.  Padahal, walau memiliki fungsi yang sama, pengertian mereka tidaklah persis sama.
Rempah (spices) adalah tanaman atau bagian tanaman yang bersifat aromatik dan digunakan dalam makanan dengan fungsi utama sebagai pemberi flavor dan bukan sebagai pemberi komponen gizi.  Rempah bisa digunakan dalam bentuk segar, kering, bentuk utuh atau gilingan.  Bagian tanaman yang digunakan bisa berasal dari batang, umbi, akar, biji, daun, bunga atau dan sebagainya.  biji (contohnya adas manis, jintan dan ketumbar), daun (misalnya daun mint, daun jintan, daun ketumbar dan daun kemangi), berry (contohnya allspice dan lada hitam), kulit kayu (kayu manis), kernel (pala), batang dan tangkai (daun bawang, serai), rimpang (jahe, kunyit, lengkuas), akar (lobak), bunga (saffron), umbi (bawang merah dan bawang putih), buah (kapulaga) dan kuncup bunga (cengkeh).  Dalam beberapa sitasi, rempah yang berasal dari daun tanaman perdu kadang diistilahkan sebagai herbs.

Peranan Aktivitas Enzim -Glukosidase pada Pembentukan Flavor Vanila selama Proses Curing


Abstrak

Ekstrak vanilla alami adalah satu flavouring agent yang paling mahal diindustri dan merupakan flavor yang terpopuler di dunia. Indonesia mengekspor kira-kira setengah dari kebutuhan vanilla dunia. Akan tetapi kualitas aroma dan flavor vanilla Indonesia kruang disukai bidanding Bourbon sehingga harganya hanya setengah dari vanilla Malagasy tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan potensi sebenarnya, karena rendahnya kualitas ini disebabkan oleh pemanenan yang belum matang dan proses curing yang kurang sepurna. Flavor vanilla terutama dihasilkan oleh transformasi enzimatis yang terjadi selama curing dari buah vanilla mentah yang tidak memiliki flavor. Enzim yang berperan penting adalah -Glukosidase yang menghidrolisis senyawa glikosida menjadi aglikon yang memiliki aktivitas flavor. Rendahnya kualitas flavor vanilla Indonesia diduga terhadi karena tidak semua senyawa glikosida terhidrolisis menjadi aglikon, disebabkan rendahnya aktivitas enzim -Glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peranan aktivitas enzim -Glukosidase pada pembentukan flavor vanilla yang ditimbulkan oleh hidrolisis senyawa glikosida selama proses curing.

Dunia Flavor Dewasa Ini


Tidaklah mengherankan bila flavor masih menjadi primadona perdagangan ingridien pangan dewasa ini.  Pengamatan secara awam menunjukkan bahwa selain flavor house multinasional yang sudah dikenal mapan selama ini, nampak pula kemunculan “pemain-pemain baru” terutama dari Cina walau baru sebatas pada agensi.
 
Mungkin telah banyak yang menyadari bahwa kemajuan pengetahuan menunjukkan pengendalian cita rasa tidak hanya terbatas pada penambahan  perisa pemberi cita rasa lengkap tetapi juga dapat dilakukan dengan penggunaan flavorenhancer (penguat cita rasa), flavor modification (pemodifikasi cita rasa) dan  flavor inhibitor (penekan cita rasa). Pemanfaatan efek trigeminal dalam kreasi flavor juga semakin marak dewasa ini.  Semua ini menambah tantangan sekaligus peluang bagi produsen dalam menjadikan flavor sebagai kendaraan penciptaan produk baru di dalam dunia pangan yang semakin kompetitif. 
 
Pemantapan regulasi dalam negeri dan implementasinya masih menjadi perhatian penuh anggota Asosiasi Flavor dan Fragran Indonesia (AFFI).  Kesertaan AFFI secara partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan baik yang dilaksanakan oleh Badan POM RI maupun MUI-BPOM diharapkan dapat  mempercepat terciptanya perundangan dengan peraturannya yang tidak saja mampu melindungi konsumen namun juga dapat diimplementasikan oleh pihak produsen secara teknis.   
Adanya peraturan negara yang mengatur keamanan produk dan ketentuan kehalalan flavor yang jelas dan dapat ditaati dengan kapasitas standar masih menjadi komitmen penuh para anggota AFFI.
 
Penyiapan sumber daya manusia (SDM) lokal yang memahami dunia flavor dan peraturannya  merupakan kebutuhan yang semakin dirasakan oleh praktisi dunia pangan. Pembekalan pengetahuan akan flavor lebih awal bagi para calon praktisi pangan nampaknya menjadi suatu kebutuhan yang akan menjadi tren ke depan. Permintaan tenaga kerja di bidang flavor semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kemampuan tenaga kerja Indonesia yang tidak saja mampu berkiprah di tingkat nasional tetapi juga tak kalah bersaing di  tingkat regional dan  internasional mengundang banyak permintaan di perusahaan multinasional. Oleh karenanya tidaklah mengherankan bila undangan mengajar di berbagai Perguruan Tinggi maupun perusahaan baik dalam bentuk kuliah umum, workshop (lokakarya), pelatihan maupun sekedar dialog interaktif terus mengalir. 

Selasa, 07 Juni 2016

Perkembangan Teknologi Analisis Flavor berbasis Mass Spectrometry






Seiring dengan perkembangan kemajuan industri pangan yang semakin pesat saat ini, menuntut tersedianya produk yang bekualitas baik secara nilai gizi maupun kualitas sensorinya. Berbicara mengenai kualitas sensori, tentunya peranan flavor sebagai komponen yang memberikan cita rasa maupun aroma menjadi sangat krusial terhadap tingkat penerimaan produk bagi konsumen. Tentunya kita mengenal ada salah satu produk minuman berkarbonasi yang sudah sangat mendunia dengan karakter sensori yang sangat khas, sehingga berhasil menciptakan karakter yang sangat kuat bagi konsumen. Terlepas dari demikian kuatnya branding yang dilakukan produk tersebut secara keseluruhan, hal ini juga tentunya sangat ditentukan dengan karakter intrinsik produk termasuk peranan formula flavor yang menjadi ciri khasnya.

Workshop Aplikasi Teknologi Flavour di Industri Pangan Indonesia



Jakarta Jumat, 17 Januari 2014, Sifat organoleptik bahan dan produk pangan merupakan hal pertama kali yang diperhatikan oleh konsumen, sebelum mereka menilai lebih jauh misalnya pada aspek nilai gizi dan fungsionalnya. Flavor merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat organoleptik produk pangan.
Flavor adalah sensasi yang dihasilkan bahan makanan ketika diletakkan dalam mulut berupa rasa dan aroma. Pengembangan produk pangan baru sangat erat kaitannya dengan memunculkan varian produk yang memiliki “rasa baru”. Saat ini hampir semua industri pangan menggunakan bahan flavor untuk memvariasikan rasa dalam produk pangan.

Minggu, 05 Juni 2016

Mengenal Senyawa Perasa (Flavor)



Pernahkah kita berpikir mengapa rasa lapar tergugah ketika mencium aroma masakan? Benda apa sebenarnya yang menghasilkan aroma masakan tersebut? Dalam kimia, suatu senyawa yang disebut dengan senyawa perasa (flavor) merupakan senyawa yang berperan sangat penting pada aroma suatu makanan. Flavor merupakan persepsi yang dihasilkan dari beberapa komponen yang merupakan gabungan dari rasa dan bau. Flavor juga didefinisikan sebagai semua sensasi yang dihasilkan oleh atribut rasa, tekstur, dan aroma di dalam mulut.
Aroma yang terdeteksi oleh kita merupakan komponen volatil (komponen yang mudah menguap) dari suatu produk yang memasuki rongga hidung dan diterima oleh indra penciuman. Beberapa senyawa flavor dibuat oleh seorang ahli yang disebut flavorist dan pada akhirnya senyawa flavor tersebut dapat diaplikasikan pada berbagai produk pangan
Mekanisme persepsi flavor yang melibatkan indra pengecap (lidah) dan indra pencium (hidung).
Mekanisme persepsi flavor yang melibatkan indra pengecap (lidah) dan indra pencium (hidung).
Klasifikasi senyawa flavor

Bahan Kimia dan fungsinya (Komposisi bahan makanan, non makanan dan obat obatan)


OSKADON
Komposisi :
Paracetamol -> Analgesik dan antiperik untuk menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan panas
Dampak -> Menimbulkan kerusakan hati
Caffeine anhydrous -> Penenang
Dampak -> Menimbulkan ketergantungan

RINSO
Bahan aktif :
Natrium Aikilbenzena Sulfonal -> Surfaktan, menurunkan tegangan permukaan air sehingga melepaskan kotoran yang menempel
Natrium fosfat -> Builder, meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Natrium karbonat -> Anti sadah, mengatasi kesadahan air yang mengurangi kinerja surfaktan
Dampak : Mencemari air

RAPIKA
Bahan aktif :
Silicone -> Pelican, melicinkan pakain agar mudah di setrika, dan melembutkan pakaian

CHEETOS (Jagung Bakar)
Komposisi :
Jagung -> Penyedap rasa alami dan bahan utama
Minyak kelapa sawit -> Penyedap rasa alami
Mononatrium glutamat -> Penguat rasa dan penyedap rasa buatan
Dampak -> Kanker, menurunkan kinerja otak, hipertensi

Trend Flavor untuk produck minuman.


Foodreview.biz, Pengalaman unik lain yang masih terkait dengan produk kopi instan yang dewasa ini semakin marak memasuki pasar Asia Tenggara adalah “kemampuan” luar biasa suatu produk kopi instan lokal Vietnam dalam memberi flavor “roasted beefy” yang sangat kuat bukan saja pada isi cangkir, tetapi juga seluruh ruangan ketika minuman dibuka dari kemasan dan diseduh. Penggunaan senyawa furaneol yang berlebihan akan memberi fenomena ini. Suatu fenomena yang tentunya kurang menguntungkan bagi produk tersebut, walau keberadaan sensasi flavor furaneol pada kopi sangrai sangat diperlukan untuk meningkatkan cita-rasa. Sensasi berlebihan yang diperoleh ini tidak saja menimbulkan kesan tidak alami dari produk tersebut, juga membuat konsumen merasa terganggu dengan aroma yang menusuk.

Penggalan-penggalan pengalaman tersebut nampaknya dapat kembali mengingatkan para praktisi industri minuman untuk mencermati peran flavor pada produknya. Penggunaan flavor dapat menjadi pisau bermata dua: penggunaan yang tepat akan memberikan banyak peluang yang menguntungkan, namun juga sebaliknya penggunaan yang salah dapat menihilkan semua upaya yang dilakukan.

Flavor pada minuman

Menurut praktisi suatu flavor house, perisa yang digunakan pada minuman dapat berupa perisa cair ataupun bubuk, bukan dari senyawa tunggal tetapi berupa campuran dari berbagai material perisa, dan umumnya larut atau dapat bercampur dengan air. Perisa harus digunakan pada konsentrasi yang tepat untuk penggunaan langsung memiliki kestabilan yang baik, harus memenuhi persyaratan keamanan pangan dan aspek legal lain, seperti persyaratan klaim label “alami”, dan lain-lain.


Material perisa dapat berupa bahan alam (oleoresin, minyak atsiri, konsentrat jus, ekstrak kasar, dan lain-lain), process flavor, aroma chemicals atau campurannya. Material perisa sebaiknya tahan terhadap oksidasi, sangat volatil dan pada konsentrasi tinggi. Komposisi perisa, baik yang alami maupun sintetik, harus sesuai dengan kategori minumannya. Ada beberapa versi dalam pembagian jenis perisa minuman. Salah satu versi adalah membagi perisa minuman atas 3 kelompok yaitu perisa larut minyak, perisa larut air dan campuran keduanya (sesuai dengan keperluan teknis aplikasi). Untuk perisa larut minyak, berdasarkan jenis pelarutnya, terbagi lagi atas 2 sub-divisi yaitu untuk minuman beralkohol dan non-alkohol. Versi lain pembagian perisa adalah sebagai berikut: Oils flavors (spesifik untuk minuman beralkohol dengan kandungan gula yang tinggi), alcoholic flavors (mungkin mengandung atau tidak mengandung oil flavors), non-alcoholic flavors (umumnya tidak mengandung oil flavors), emulsion flavors (terbagi atas : perisa larut minyak melalui proses homogenisasi dan pemberi kekeruhan pada minuman), powder flavors (hampir keseluruhan dalam bentuk kering dengan pengering semprot).

TEKNOLOGI FLAVOUR


Hendrayana Taufik 
TEKNIK FLAVOR
Definisi
Teknik merupakan suatu cara untuk menghasilkan sesuatu. Flavor adalah kesan sensorikmakanan atau substansi, dan ditentukan oleh indera kimia rasa dan bau. yang mendeteksi kimiairitasi pada mulut dan tenggorokan, mungkin juga kadang-kadang menentukan rasa makanan, dengan demikian, dapat diubah dengan alam atau buatan flavor, yang mempengaruhi indra ini.
Flavor didefinisikan sebagai suatu zat yang memberikan rasa zat lain, mengubah karakteristik terlarut, membuatnya menjadi manis, asam, tajam, dll
Sementara rasa makanan terbatas manis, asam, pahit, asin, dan gurih (umami) - yangdasar selera - aroma makanan berpotensi terbatas. Sebuah rasa makanan, oleh karena itu, dapat dengan mudah diubah dengan mengubah bau sementara menjaga rasanya mirip. Nowhere dicontohkan ini lebih baik daripada di rasa buatan jeli, minuman ringan dan permen, yang, sementara terbuat dari pangkalan-pangkalan dengan rasa yang sama, memiliki rasa yang berbeda secara dramatis karena penggunaan berbagai aroma atau wewangian. The perasa dari produk makanan yang diproduksi secara komersial biasanya diciptakan oleh flavorists.
Meskipun istilah "aroma" atau "flavorant" dalam bahasa umum menunjukkan kimia gabungan sensasi rasa dan bau, istilah yang sama biasanya digunakan dalam industri aroma dan rasa untuk merujuk pada bahan-bahan kimia yang dapat dimakan dan ekstrak yang mengubah rasa makanan dan produk makanan melalui indra penciuman. Karena biaynya tinggi atau tidak tersedianya ekstrak natural flavor, kebanyakan sifat-flavorants komersial adalah identik, yang berarti bahwa mereka adalah kimia alam setara rasa tapi disintesis secara kimia bukannya diekstraksi dari bahan makanan..